menu

Pimpinan Pesantren Watucongol Wafat

Magelang, BulZan
Ulama berpengaruh yang juga pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Watucongol, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, KH Ahmad Abdul Haq Dalhar (Mbah Mad) meninggal dunia di Rumah Sakit Harapan Kota Magelang, Kamis (8/7/2010), karena sakit.
"Tadi pagi sekitar pukul 05.00 WIB beliau meninggal dunia, kemarin sore dibawa ke rumah sakit," kata KH Choirul Muna (Gus Muna), salah seorang menantu almarhum, di Magelang.

Muna mengatakan, Mbah Mad memiliki tiga istri yakni Hajah Jamilah (almarhum), Hajah Istianah (almarhum), dan Hajah Cofsoh, sembilan anak yang dua di antaranya sudah meninggal dunia, 32 cucu, dan 10 cicit.

Pemakaman jenazah di Pekuburan Santren, Desa Gunungpring, relatif tak jauh dari kompleks pesantren itu pada Kamis, sekitar pukul 15.00 WIB.

Pesantren kultural itu didirikan oleh ayah Mbah Mad, almarhum Ahmad Dalhar, ulama kharismatik pada zamannya yang juga keturunan Raja Amangkurat Mas berasal dari Kerajaan Mataram.

Ia mengatakan, kondisi kesehatan Mbah Mad pada Rabu (7/7) cenderung menurun sehingga sekitar pukul 17.00 WIB pihak keluarga memutuskan untuk dibawa ke RS Harapan Kota Magelang guna memperoleh perawatan.

Selama 20 tahun terakhir, katanya, Mbah Mad terserang stroke. "Selama 20 tahun terakhir beliau mengalami stroke, namun ketahanan fisik beliau memang mengagumkan," kata Gus Muna yang juga pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Tempuran, Kabupaten Magelang.

Para kiai berpengaruh berasal dari berbagai pondok pesantren besar di Indonesia saat ini, katanya, pernah menjadi santri di pesantren setempat. Ia mengatakan, Mbah Mad adalah tokoh spiritual dan kharismatis yang berpengaruh sehingga relatif banyak tokoh nasional dan pejabat negara termasuk berasal dari pemerintah pusat di Jakarta sering melakukan kunjungan untuk meminta nasihat.

Pada kesempatan itu ia menyebut sejumlah tokoh nasional yang pernah mengunjungi Mbah Mad seperti Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Wiranto, dari para menteri.

"Bahkan Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) semasa masih aktif dinas di kemiliteran dengan pangkat kapten pernah datang kepada Mbah Mad," katanya.

Relatif banyak menteri kabinet semasa Pemerintahan Orde Baru, katanya, juga mengunjungi Mbah Mad. Mbah Mad juga menjadi Ketua Peguyuban Umat Beragama Kabupaten Magelang yang beranggotakan kalangan pimpinan lintas agama.

Kepemimpinan dan kebijakan Mbah Mad, katanya, patut menjadi teladan berbagai kalangan masyarakat. "Kepada anak-anaknya, beliau lebih banyak memberikan nasihat tentang kebaikan dan pengarahan secara tepat atas rencana dan cita-cita anak-anaknya," katanya.

Mbah Mad memiliki sedikitnya 300 ribu jamaah yang tersebar di berbagai daerah khususnya di wilayah eks-Keresidenan Kedu (Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo, Kebumen).

Para santri pesantren setempat kini berjumlah kira-kira 700 orang yang terdiri atas 400 laki-laki dan 300 perempuan berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

"Beliau tidak sekadar menyampaikan ajaran agama dan ibadah tetapi juga olah jiwa terutama kepada para santrinya," katanya.

Hingga sekitar pukul 10.00 WIB masyarakat sekitar pesantren setempat dan jamaah berasal dari berbagai daerah melayat di rumah duka. Mereka secara bergiliran terlihat shalat jenazah Mbah Mad yang disemayamkan di aula pesantren setempat.

0 komentar:

Posting Komentar